BUNGA EDELWEIS, ANAPHALIS JAVANICA

0

 


Bunga Edelweis, Anaphalis Javanica

Anaphalis javanica atau Edelweis jawa atau disebut dengan Bunga Senduro merupakan tumbuhan endemik zona montana atau alpina yang ada di berbagai pegunungan tinggi di Nusantara.

Grameds mungkin juga tidak asing dengan julukan dari edelweis yaitu “bunga abadi”. Julukan dari bunga ini tentu saja tidak asal diberikan, disebut sebagai “bunga abadi”, karena bunga edelweiss mekar dalam jangka waktu yang cukup lama.

Selain itu, bunga ini juga tidak mudah layu atau mati. Bunga yang satu ini memiliki hormon etilen yang berfungsi untuk mencegah kerontokan pada kelopak bunganya. Tidak seperti bunga yang lainnya, bunga edelweis mekar dan dapat bertahan selama 10 tahun lamanya. Karena jangka waktu mekar inilah, bunga edelweis mendapatkan julukan sebagai bunga abadi.

Kebanyakan dari bunga ini tumbuh di daerah pegunungan yang dingin, sebab bunga yang satu ini memiliki bulu yang tebal. Menurut buku Ensiklopedia Adaptasi di Alam Raya yang ditulis oleh Ajeng Wind, bulu tebal dari bunga ini memiliki manfaat untuk menghalau udara dingin di pegunungan.

Bagian akar dari bunga ini bersimbiosis mutualisme dengan jamur mikoriza. Simbiosis akar dan jamur ini bertujuan untuk mempertahankan hidup di tanah yang tandus seperti pada lereng gunung.

Biasanya, jamur mikoriza hidup di tanah vulkanik yang dapat membantu akar bunga ini menyebar lebih luas di dalam tanah. Bagian akar dari edelweis akan mendapat nutrisi serta air untuk pertumbuhan bunga. Jamur mikoriza juga efektif memberikan nutrisi serta air untuk edelweis. Selain itu, daun edelweis populer digunakan sebagai pengobatan alternatif tradisional di Indonesia.

Bunga ini dapat tumbuh pada ketinggian hingga 8 meter dan dapat memiliki batang sebesar kaki manusia, walaupun pada umumnya tidak akan tumbuh melebihi 1 meter. Meskipun cukup populer dan lazim ditemukan di daerah pegunungan, tetapi bunga edelweis termasuk tumbuhan yang langka.

Pada umumnya, edelweis berkembang biak dengan cara generatif, sebab serbuk dari bunga generatif edelweiss memiliki massa yang cukup ringan, sehingga akan mudah terbawa oleh angin. Ketika serbuk generatif edelweis menemukan tempat yang cocok untuk tumbuh, maka bunga ini akan dapat tumbuh baik.

Bunga ini merupakan bunga endemik yang sering disebut pula sebagai bunga keabadian, sebab mampu tumbuh di tempat-tempat tandus serta bunganya tidak mudah rontok karena pengaruh dari hormon tertentu.


Ciri-Ciri Bunga Edelweiss

  1. Bunga ini merupakan tumbuhan epifit, sehingga batangnya tidak membesar.
  2.  Batang dari bunga edelweis berfungsi sebagai tangkai bunga.
  3. Batang pada bunga edelweis tertutupi oleh kulit yang biasanya memiliki tekstur kasar serta memiliki cerah.
  4. Daun yang ada pada edelweis memiliki bentuk linear serta lancip. Panjang daun dari bunga ini berkisar 4 hingga 6 cm dan lebar kurang lebih 0,5 cm.
  5. Daun edelweis memiliki bulu-bulu halus yang berwarna putih dan mirip seperti wol.
  6. Pada setiap tangkai bunganya, ada kurang lebih lima hingga enam kepala bunga edelweis dengan ukuran kurang lebih 5 mm yang dikelilingi oleh daun muda.
  7. Kelopak bunga edelweis memiliki warna putih dengan tekstur yang lembut. Sedangkan bagian kepala dari bunga edelweiss berwarna kuning.
  8. Edelweiss merupakan tumbuhan endemik yang hanya dapat tumbuh di ketinggian 2000 hingga 3000 mdpl.

 

Edelweis adalah tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda yang berada di hutan pegunungan dan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya di atas tanah yang tandus, sebba edelweis mampu membentuk mikoriza dengan jamur tanah tertentu yang secara efektif dapat memperluas kawasan yang dijangkau oleh akar-akarnya serta mampu meningkatkan efisiensi dalam mencari zat hara.

Bunga dari edelweis biasanya akan muncul di antara bulan April hingga Agustus dan sangat disukai oleh serangga, lebih dari 300 jenis serangga seperti tirip, kutu, lalat, kupu-kupu, tabuhan hingga lebah terlihat sering mengunjungi bunga ini.

Apabila tumbuhan ini cabang-cabangnya dibiarkan tumbuh dengan cukup kokoh, maka edelweis pun dapat menjadi tempat bersarang bagi burung tiung batu licik Myophonus glaucinus.

Bagian dari bunga ini sering dipetik serta dibawa turun dari gunung karena banyak orang beranggapan bunga ini memiliki kekuatan spiritual atau karena bentuknya yang indah dan estetis atau sebagai kenang-kenangan bagi para pendaki.

Pada sekitar bulan Februari hingga Oktober tahun 1988, ada 636 batang edelweiss yang tercatat telah diambil dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang menjadi salah satu tempat perlindungan terakhir bagi tumbuhan ini. Lalu, di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, bunga edelweiss telah dinyatakan punah.

Beberapa tempat yang direkomendasikan untuk melihat bunga ini adalah di Tegal Alun (Gunung Papandayan), Alun-Alun Mandalawangi (Gunung Pangrango), Alun-Alun Surya Kencana (Gunung Gede) dan Plawangan Sembalun (Gunung Rinjani).


Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)