Bunga Edelweis, Anaphalis Javanica
Anaphalis javanica atau Edelweis jawa atau
disebut dengan Bunga Senduro merupakan tumbuhan endemik zona montana atau
alpina yang ada di berbagai pegunungan tinggi di Nusantara.
Grameds mungkin juga tidak asing dengan
julukan dari edelweis yaitu “bunga abadi”. Julukan dari bunga ini tentu saja
tidak asal diberikan, disebut sebagai “bunga abadi”, karena bunga edelweiss
mekar dalam jangka waktu yang cukup lama.
Selain itu, bunga ini juga tidak mudah layu
atau mati. Bunga yang satu ini memiliki hormon etilen yang berfungsi untuk
mencegah kerontokan pada kelopak bunganya. Tidak seperti bunga yang lainnya,
bunga edelweis mekar dan dapat bertahan selama 10 tahun lamanya. Karena jangka
waktu mekar inilah, bunga edelweis mendapatkan julukan sebagai bunga abadi.
Kebanyakan dari bunga ini tumbuh di daerah
pegunungan yang dingin, sebab bunga yang satu ini memiliki bulu yang tebal.
Menurut buku Ensiklopedia Adaptasi di Alam Raya yang ditulis oleh Ajeng Wind,
bulu tebal dari bunga ini memiliki manfaat untuk menghalau udara dingin di
pegunungan.
Bagian akar dari bunga ini bersimbiosis
mutualisme dengan jamur mikoriza. Simbiosis akar dan jamur ini bertujuan untuk
mempertahankan hidup di tanah yang tandus seperti pada lereng gunung.
Biasanya, jamur mikoriza hidup di tanah
vulkanik yang dapat membantu akar bunga ini menyebar lebih luas di dalam tanah.
Bagian akar dari edelweis akan mendapat nutrisi serta air untuk pertumbuhan
bunga. Jamur mikoriza juga efektif memberikan nutrisi serta air untuk edelweis.
Selain itu, daun edelweis populer digunakan sebagai pengobatan alternatif
tradisional di Indonesia.
Bunga ini dapat tumbuh pada ketinggian hingga
8 meter dan dapat memiliki batang sebesar kaki manusia, walaupun pada umumnya
tidak akan tumbuh melebihi 1 meter. Meskipun cukup populer dan lazim ditemukan
di daerah pegunungan, tetapi bunga edelweis termasuk tumbuhan yang langka.
Pada umumnya, edelweis berkembang biak dengan
cara generatif, sebab serbuk dari bunga generatif edelweiss memiliki massa yang
cukup ringan, sehingga akan mudah terbawa oleh angin. Ketika serbuk generatif
edelweis menemukan tempat yang cocok untuk tumbuh, maka bunga ini akan dapat
tumbuh baik.
Bunga ini merupakan bunga endemik yang sering
disebut pula sebagai bunga keabadian, sebab mampu tumbuh di tempat-tempat
tandus serta bunganya tidak mudah rontok karena pengaruh dari hormon tertentu.
Ciri-Ciri
Bunga Edelweiss
- Bunga ini merupakan tumbuhan epifit, sehingga batangnya tidak membesar.
- Batang dari bunga edelweis berfungsi sebagai tangkai bunga.
- Batang pada bunga edelweis tertutupi oleh kulit yang biasanya memiliki tekstur kasar serta memiliki cerah.
- Daun yang ada pada edelweis memiliki bentuk linear serta lancip. Panjang daun dari bunga ini berkisar 4 hingga 6 cm dan lebar kurang lebih 0,5 cm.
- Daun edelweis memiliki bulu-bulu halus yang berwarna putih dan mirip seperti wol.
- Pada setiap tangkai bunganya, ada kurang lebih lima hingga enam kepala bunga edelweis dengan ukuran kurang lebih 5 mm yang dikelilingi oleh daun muda.
- Kelopak bunga edelweis memiliki warna putih dengan tekstur yang lembut. Sedangkan bagian kepala dari bunga edelweiss berwarna kuning.
- Edelweiss merupakan tumbuhan endemik yang hanya dapat tumbuh di ketinggian 2000 hingga 3000 mdpl.
Edelweis adalah tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda yang berada di hutan pegunungan dan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya di atas tanah yang tandus, sebba edelweis mampu membentuk mikoriza dengan jamur tanah tertentu yang secara efektif dapat memperluas kawasan yang dijangkau oleh akar-akarnya serta mampu meningkatkan efisiensi dalam mencari zat hara.
Bunga dari edelweis biasanya akan muncul di antara bulan
April hingga Agustus dan sangat disukai oleh serangga, lebih dari 300 jenis
serangga seperti tirip, kutu, lalat, kupu-kupu, tabuhan hingga lebah terlihat
sering mengunjungi bunga ini.
Apabila tumbuhan ini cabang-cabangnya dibiarkan tumbuh
dengan cukup kokoh, maka edelweis pun dapat menjadi tempat bersarang bagi
burung tiung batu licik Myophonus glaucinus.
Bagian dari bunga ini sering dipetik serta dibawa turun
dari gunung karena banyak orang beranggapan bunga ini memiliki kekuatan
spiritual atau karena bentuknya yang indah dan estetis atau sebagai
kenang-kenangan bagi para pendaki.
Pada sekitar bulan Februari hingga Oktober tahun 1988,
ada 636 batang edelweiss yang tercatat telah diambil dari Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango yang menjadi salah satu tempat perlindungan terakhir bagi
tumbuhan ini. Lalu, di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, bunga edelweiss
telah dinyatakan punah.
Beberapa tempat yang direkomendasikan untuk melihat bunga
ini adalah di Tegal Alun (Gunung Papandayan), Alun-Alun Mandalawangi (Gunung
Pangrango), Alun-Alun Surya Kencana (Gunung Gede) dan Plawangan Sembalun
(Gunung Rinjani).